Desa Tibayan, Jatinom, Klaten - Sebuah duka mendalam melanda Desa Tibayan pada Kamis, 08 Februari 2024, ketika salah satu putra terbaiknya, Bapak Prapto Prayitno, berpulang ke rahmatullah. Pada usia 71 tahun, beliau yang merupakan seorang petani yang sederhana namun penuh kearifan, menutup mata di tengah-tengah ibadah yang paling mulia, Sholat Subuh.
Rohmat Arifin Wahyono, seorang saksi mata yang turut hadir dalam peristiwa tragis ini, menggambarkan momen yang menggetarkan hati. Saat itu, Bapak Prapto Prayitno menjadi imam sholat subuh berjamaah di Masjid Al-Mujahidin, yang terletak di Dukuh Girimulyo, Tibayan, Jatinom, Klaten. Namun, takdir berkata lain.
Di rakaat kedua, suara beliau terdengar serak dan terbata-bata saat melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Ketika tiba saatnya melakukan bangun dari ruku terakhir, beliau tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri. Kehadiran beberapa jamaah, termasuk putra beliau, menjadi sedikit cahaya dalam kegelapan yang mendadak menyelimuti masjid tersebut.
Sebuah atmosfer gempar dan hening terasa di sekitar Pasar Nglondo, Desa Tibayan, karena berita duka tersebut menyusup ke setiap sudut desa. Beliau, yang selama ini dikenal sebagai pribadi yang berjiwa sosial tinggi, selalu siap menolong, dan rendah hati, meninggalkan jejak kebaikan yang tak terlupakan bagi warga sekitar.
Pemakaman Bapak Prapto Prayitno dilaksanakan dengan penuh penghormatan dan kehadiran ribuan warga, bukti nyata betapa besar pengaruh dan kasih sayang yang dimiliki oleh almarhum. Meskipun perpisahan ini menyisakan duka yang mendalam, namun semangat dan kebaikan yang telah ditanamkan oleh beliau akan terus hidup dalam hati setiap orang yang pernah mengenalnya.
Kisah Bapak Prapto Prayitno adalah cerminan dari kehidupan yang penuh keberkahan dan pengabdian. Meskipun meninggalkan kita dalam momen yang penuh keheningan, namun semangatnya akan tetap menyala, menginspirasi kita untuk terus berbuat baik dan mengabdikan hidup untuk kebaikan sesama.